Cerita Toilet Training Basti

Umur berapa anak sudah bisa belajar toilet training? Ini udah waktunya lepas popok atau pospak belum ya? Kecepetan atau malah terlalu lambat? Moms, suka mikir gitu nggak? Duh, kalau ngomongin soal anak tuh ya rasa kuatir that we don’t do it right like other people kadang bikin insecure banget. Benar? 😀 (Itu elu kali, Ka. Moms yang lain enggak kok, lu insecure kok pake ngajak-ngajak :mrgreen: ) Hahaha.

—–

Terpancing sama cuitan @Ki_seKi di Twitter, saya jadi ingat bahwa meski dari dulu saya sudah meniatkan untuk menulis cerita soal toilet training-nya Basti, namun niat itu belum kesampaian bahkan sampe sekarang anaknya udah masuk TK. Berhubung sekarang lagi agak selo jadi saya tuliskan cerita toilet training Abang Basti. Sebagai pengingat dan arsip kenangan masa lalu yang (duh) rasanya kok masih kayak kemarin aja.

Sebelum cerita soal cara toilet training Basti, kita ngobrol soal serba-serbi toilet training dulu yuks.

Usia Berapa Anak Mulai Toilet Training?

Kalo saya ditanya umur berapa anak sebaiknya mulai toilet training, well menurut saya nggak ada patokan usia berapa anak harus bisa pipis sendiri karena setiap anak berbeda. Setiap orang tua juga unik. Senyaman dan sesiapnya anak serta orang tua aja kapan mulai proses ini.

Ohya, ada beberapa tanda-tanda yang bisa kita lihat yang menunjukkan kalau anak udah siap toilet traning. Dikutip dari Babycenter, beberapa tandanya adalah:

  • Nggak pipis (stay dry) dalam beberapa jam
  • Kadang-kadang meminta untuk ke toilet
  • Menolak pakai pospak
  • BAB di waktu yang sama setiap hari

Kalau tanda-tanda itu udah ada, mungkin bisa mulai mempertimbangkan untuk mulai toilet trainingnya. Tinggal siapin mental ortunya. Lho kok ortunya yang disiapin mentalnya? Trust me, justru menyiapkan mental orang tuanya duluan yang penting. Sungguh! Nggak percaya? Lanjut  baca ya.

Tips Sebelum Melakukan Toilet Training

  • Siapkan mental orangtua, karena walau terlihat gampang, tapi ya toilet training itu butuh waktu dan konsistensi kalau mau lulus. Kalo ortu belum siap, mending jangan. Kalau anak belum pengen ya nggak usah dipaksaian cuma karena ngeliat anak tetangga udah bisa pipis di kamar mandi. :mrgreen: Abaikan kalimat yang dicetak miring itu ya. Hahaha.
  • Siapkan waktu khusus untuk toilet training, waktu itu saya mulainya di akhir pekan jadi memang ada di rumah sepanjang waktu. Dan antisipasi kalau malam tidurnya nggak nyenyak, nggak menganggu kegiatan di kantor di hari berikutnya.
  • Siapkan perlengkapan toilet training, seperti training pants (bisa juga clodi), perlaks, water resistant bed cover (jika dirasa perlu).
  • Konsisten, awal-awal mungkin rasanya frustasi liat anak ngompol dan rasa lelah karena kayaknya kok nggak sukses. Tapi jangan patah semangat, tetap konsisten dengan cara dan pola toilet training yang dipilih. Sambat ke pasangan boleh, tapi jangan kasih kendor atau kompromi ke anak, karena toilet training ini soal kebiasaan. Gimana anak mau biasa pipis di kamar mandi kalau aturannya berubah-ubah?
  • Tahan diri dari ngomel atau marah jika anak ngompol. Percayalah, bakal tergoda banget buat ngomel panjang lebar 😀 tapi ngomel-ngomel hanya akan membuat anak takut. Takut pas ngompol diomelin, akhirnya nahan pipis trus malah jadi sakit atau ya malah nggak sukses-sukses belajar ke kamar mandinya. Jadi, kalo misalnya anak masih ngompol cukup tarik napas panjang dan bilang, “Lain kali kalau mau pipis bilang ya, Nak” atau “pipisnya di kamar mandi ya, Sayang”. Fokus ke next step bukan ngedumel sama yang udah kejadian (ngompol).

Baca juga:

Review Kelebihan dan Kekurangan Clodi & Pospak

Membesarkan Anak dengan Perawatan Khusus

Tips Melatih Anak untuk Bicara

Cerita dan Pengalaman Toilet Training Basti

Nah, sekarang masuk ke topik utama. Cerita soal toilet training Basti ini sebenarnya cukup panjang, bahkan sudah dimulai (tanpa sengaja) dari usia Basti 2 bulan. Lho kok bisa? Tenang, sabar dulu. Saya bukan ibu ambisius yang udah maksain anaknya toilet training dari bayi kok 😛 Baca pelan-pelan ceritanya ya.

Usia 2 bulan

Jadi waktu Basti umur 2 bulan, saya mengenalkannya pada clodi. Awalnya iseng-iseng nyobain karena dikadoin teman, lalu ternyata saya suka dan Basti nyaman, akhirnya keterusan. Jadi di siang hari Basti pakai clodi, di malam hari, biar nggak terganggu tidurnya, Basti dipakaikan pospak.

Pengaturan seperti ini ternyata mempermudah saya saat memutuskan untuk melatih Basti toilet training. Clodi itu cuma mampu menampung sampai 2-3x pipis sehingga pemakaian clodi secara nggak langsung membantu mengenalkan rasa nggak nyaman celananya basah karena pipis. Jadi, setelah ulang tahun pertama, saat saya mengganti clodi dengan celana biasa, proses adaptasinya lebih mudah.

Ulang tahun pertama Basti kami pergi ke Belitung, pulang dari sana langsung sounding kalau nggak pake clodi lagi tapi pake celana biasa.

Usia 1 tahun

Fase kedua toilet training Basti adalah setelah ulang tahunnya yang pertama. Saya mulai berpikir untuk memakaikan celana di siang hari dan pospak di malam hari. Waktu itu alasannya karena Basti udah mulai nggak nyaman pakai clodi. Ya udah dicoba deh. Prosesnya toilet training Basti di umur 2 bulan dan setahun ini menurut saya bisa diaplikasian di usia berapa aja, sesiap dan senyamannya anak serta ortu. Kebetulan aja saya nyicil dari Basti masih piyik. Hehehe.

Jadi kalau mau disarikan, tahapan toilet training Basti adalah:

  • Usia 2 bulan memakai clodi di siang hari dan pospak di malam hari
  • Usia 1 tahun memakai celana di siang hari dan pospak di malam hari
  • Usia 2 tahun sudah lulus toilet training tanpa pospak sama sekali baik siang maupun malah hari.

Untuk cerita cara toilet training – nya bisa disimak di bawah ini ya:

Cara Melakukan Toilet Training

  1. Mengenalkan anak pada rasa tidak nyaman karena pipis dengan cara memakaikan training pants sehingga ia belajar untuk mengkomunikasikan keinginan pipis, dan akhirnya jadi pipis sendiri di toilet. Kalau di saya, mengenalkan rasa nggak nyaman ini dilakukan 2 tahap, di usia 2 bulan dengan pakai clodi dan usia 1 tahun pas pakai celana. Saya skip training pants karena kan udah pake clodi.
  2. Mengenalkan anak pada proses kegiatan buang air baik buang besar maupun kecil di kamar mandi. Mungkin ada yang membatin, ya ampun, masa kayak gini aja mesti dikenalin? Emang nggak tau apa? Sadly no. Selama ini anak kan taunya pipis di celana/klodi/pospak yang langsung ngucur aja kan? Tanpa tahu rangkaian keseluruhannya. Jadi ia perlu diperkenalkan. Cara saya waktu itu adalah dengan memperlihatkan proses berkemih mulai dari pergi ke kamar mandi, buka celana, pipis/BAB, membersihkan diri dengan tisu dan bidet, flush toilet, sampai akhirnya cuci tangan. Saya yang ngajarin, soalnya bapaknya ke kantor. Padahal kalo anak laki (secara anatomi tubuh) kayaknya lebih pas kalo bapaknya yang ngajarin deh, tapi gpp sih. Untung bocahe ngerti aja.
  3. Mengajarinya mengenali jam biologis diri sendiri. Setiap dua jam sekali saya mengajaknya ke toilet dan tanya mau pipis atau enggak. Nggak dijawab sih, lha wong belum bisa ngomong hahaha. Tapi paling enggak dia paham bahwa kalau mau pipis itu ke toilet. Setelah seminggu, Basti mulai paham. Jadi kalau dia kebelet pipis maka dia menggunakan tangannya buat pegang-pegang celana, terus dia jalan sendiri ke toilet. Kecelakaan mah sering kejadian. Belum sampe toilet udah bocor. Hahaha. Ya, gpp. Namanya masih belajar kan. Setelah 2 minggu udah lancar. Ya ampun senangnya! Ternyata nggak sesulit bayangan saya. Meskipun 2 minggu itu mesti kerja ekstra ya ngepel-ngepel lantai karena bocahnya kadang masih bocor.

Ngajarin toilet training biasanya berakhir sama bocahe minta mandi berendam sambil main air lama banget. Hahaha.

Nomor 1-3 itu adalah fase toilet training saat Basti usia satu tahun yang menurut saya lumayan mudah. Ohya menurut saya sih poin di atas itu bisa dilakukan bebas di umur berapa aja tergantung anaknya. Anw, perjuangan sesungguhnya yang menguras sabar dan menguji mental adalah toilet training di usia 2 tahun. Saya mulai dengan……

  1. Sounding soal tidak pakai pospak saat tidur. Basti adalah anak dengan tipe diajak diskusi dan komunikasi. Jadi seminggu setelah ulang tahunnya yang kedua, saya bilang ke Basti, “Basti kan udah umur 2 tahun nih, udah besar, kalau malam Basti nggak pakai popok lagi. Kalau Basti mau pipis, harus bilang ke mami atau papi ya.” Begitu diulang-ulang terus sebelum tidur selama seminggu. Saya juga meminta dukungan dari Adrian soal rencana ini, karena saya tahu tidur kami berdua mungkin akan ada gangguan. Adrian sih manggut-manggut aja.
  2. Mengalasi kasur dengan water resistant bed cover dan perlaks. Langkah berikutnya setelah sounding, saya mulai mempersiapkan perlengkapan untuk toilet training. Mengingat proses lepas clodi Basti yang lumayan sering kecelakaan waktu itu (baca poin 3), saya pun mengantisipasi kecelakaan ngompol di ranjang dengan cara melapisi kasur. Saya beli water resistant bed cover, yang klaimnya sih nggak tembus air. Bahan covernya halus banget dan bikin kasur jadi kayak lebih empuk. Harganya 500k waktu itu. Sayangnya, meski udah pake itu, saya tetap parno. Bukan apa-apa, ompol di lantai gampang dibersihin ya, tapi ompol di kasur kan sulit. Belum lagi baunya bisa nempel lama. Jadi setelah pasang water resistant bed cover dan kasur dipasangi seprei seperti biasa, diatasnya masih saya taruh perlaks yang biasa dipake bayi. Lalu di atas perlaks saya taruh kain-kain bedong sampe beberapa lapis. Pokoknya ekstra deh.
  3. Bawa ke toilet tepat sebelum tidur. Nah, begitu proses sounding saya rasa cukup, proses toilet training pun dimulai. This is it! Pikir saya waktu itu, for better or worse, we’ll do it! Tekad saya kuat. Jadi sebelum tidur, saya bawa Basti ke toilet dan saya minta ia untuk pipis. Kadang mau, kadang enggak. Sesudahnya pergi tidur seperti biasa.

Malam pertama, Basti sukses ngompol di kasur. Kami tidur jam 9 dan jam 11 malam Basti udah ngompol. Dia kasak-kusuk nggak nyaman, membuat saya bangun dan membawanya ke kamar mandi. Saya bersihkan, ganti celananya, ganti kain bedong di atas perlaks kemudian kami balik tidur. Lalu jam 3 pagi, Basti ngompol lagi. Kasak-kusuk lagi sambil nangis. Kali ini bapaknya yang gantian bawa ke kamar mandi.

  1. Berikan reassurance kalau anak bisa. Ajak anak untuk bicara. Besoknya sambil sarapan saya ajak Basti ngobrol. Tanya kenapa Basti ngompol. Satu arah sih karena Basti kan belum lancar bicara waktu itu. Hahaha. Tapi setidaknya dia paham bahwa saya lebih suka kalau ia pipis sebelum tidur, atau kalau pengen pipis di malam hari maka ia bisa bangunin saya atau bapaknya buat nemenin ke kamar mandi.

Uji Konsistensi dan Kesabaran

Apakah langsung sukses? Tentu tidaaaak. Hahaha. Malam pertama, kedua dan ketiga kejadian ngompol begini berulang dan kami masih sabar. Masuk malam keempat, bapaknya mulai cranky karena kurang tidur 😀 Apalagi ia mesti ngantor besoknya. Adrian mulai nggak sabar dan akhirnya bilang, “Mending dipakein pospak lagi aja. Anaknya belum siap tuh.” Gitu katanya.

Sesungguhnya di poin ini konsistensi dan kesabaran saya diuji. Asli tergoda banget buat balik pake pospak biar tidur kembali nyenyak dan nggak capek gonta-ganti seprei. Serius! Mata sepet banget pengen bobok, kepala juga pusing. Kayaknya nikmat bener kalau bisa tidur lama gitu tanpa gangguan kasak-kusuk Basti nangis. Yak, egois bener ya? Hahaha. Tapi begitulah keadaannya, jangan remehkan capek dan kurang tidur, bikin sumbu pendek banget.

Namun saat itu saya berpikir bahwa toilet training ini soal kebiasaan, jadi ya mesti dibiasaiin untuk beberapa waktu. Saya bernegosiasi sama Adrian minta waktu 2 minggu. Kalau dalam 2 minggu Basti masih ngompol, ya sudah balik pake pospak. Buat saya dukungan Adrian itu penting. Secara psikologis, emosi saya sudah habis untuk ngajak ngobrol Basti soal toilet training (TT). Secara fisik saya mulai melemah juga karena kurang tidur. Kalau nggak dapat dukungan dari Adrian, kayaknya saya nggak sanggup deh. Dan untungnya Adrian sepakat.

Di pesawat ke Bali waktu itu. Sesudah anak lulus toilet training, bawaan liburan berkurang drastis. Koper lega, nggak perlu bawa pospak lagi. Hahaha

Tapi syukurnya usaha itu lebih cepat keliatan hasilnya. Nggak nyampe 2 minggu, Basti udah lulus toilet training. Tepatnya hanya dalam waktu seminggu lebih 1 hari saja. Di malam keempat sampai ketujuh, Basti mau pipis sebelum tidur, dan ngompol 1x saja di jam 3 pagi. Di malam ke-8 udah nggak ngompol lagi. Bablas tidur sampai pagi. Pipis di malam sebelum tidur dan pagi sesudah bangun.

Ya Allah, di malam ke-8 itu pas besoknya bangun, rasanya kayak mimpi lho karena bisa tidur semalaman tanpa bangun-bangun. Lalu mbatin…

“Hah? Kelar nih toilet training?”

“Wah kok cepet banget”

“Weh, segini doang nih?” (Segini doang mbahmu, Kaaaa. Inget tuh di malam ketiga lu ama Adrian udah mulai jambak-jambak rambut sendiri). Hahaha.

Saking senengnya, sesudahnya kami pergi makan enak-enak ke Sushi Tei. Merayakan keberhasilan Basti lulus toilet training dan kesabaran kami melalui ini. Hahaha.

Pokoknya, kunci utama toilet training itu adalah SABAR dan KONSISTEN. Mau nyerah? Biasaaaa. Pengen ngomel? Tentuuuu. Tapi pas momen toilet training, emosi mesti ditinggalin, dikunci rapat-rapat di lemari besi. Kepala harus dingiiiiin banget biar proses ini lancar. Percayalah, tiada usaha yang mengkhianati hasil.

Nah, segitu aja cerita soal toilet trainingnya Basti. Kalau noleh ke belakang kayaknya mau ketawa-ketawa mengingat prosesnya, padahal mah pas ngelakuinnya udah kayak zombie! Plus minum kopi terus di siang hari. Hihihi.

Kalau ada moms yang lagi mikir mau toilet training,

Semangat ya!

 

Baca juga:

Drama ART: Bawa Pacar ke Rumah

Aktivitas Seru di Rumah Tanpa Gadget

Patah Hati ditinggal ART

 

Iklan

8 respons untuk ‘Cerita Toilet Training Basti

  1. mrs muhandoko berkata:

    terimakasih mbak udah cerita soal proses TT nya Basti.
    betuuulll… ortunya kudu konsisten juga. beberapa waktu lalu kami mau memulai TT, tapiii tapiii… masih belum siap kalau anaknya udah ‘bocor’ duluan sebelum sampai toilet. dan toilet kami kan pakai kloset jongkok ya, udah beli yang potty training. pernah ketika dia khusuk ngeden, langsung kuangkut ke sana. bocahnya langsung ngamuk gak jadi pup. udah beberapa kali kejadian.

    jadi, haaai diapers. kita masih bersahabat dulu ya, kamu masih tetap kubeli 😛

    • Ceritaeka berkata:

      Emang PR banget kalo udah bocor duluan sih, double job mesti bersih-bersih.
      Gpp pake pospak dulu, sesiap dan senyaman anak plus ortunya ajaaa. Biar proses TT ini nyaman buat semuanya.
      Semangat ya, Mom

  2. Dwi Sari berkata:

    babybear sempat kupakaikan clodi dulu waktu dia masih usia 3 bulanan, tapi trus dia gak cocok ruam-ruam gitu huhuhu. Akhirnya yowes lah pake diapers sek dulu hihihihi, dan ini usia dia 2y5mth mulai aku biasakan dulu. Sambil jalan lah ya intinya, anaknya hepi emak juga hepi … bismillah diberi SABAR & KONSISTEN.

    Bastiiiii kisskiss, hebaaaat kalian semuanya!!! Thx ya sharingnya sai, memacu semangayku kembali … jangan kasih kendor! haha

Tinggalkan Balasan ke Ceritaeka Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s