Demi Nostalgia

Minggu lalu saya ada rapat di salah satu hotel di Bogor. Tak dinyana, hotelnya dekat sekali dengan warung bakso langganan saya saat hamil dan tinggal di Sentul dulu. Perasaan saya tak karuan saat mobil yang saya kendarai melewati jalanan teduh dengan pepohonan rindang di sisi kiri dan kanan jalan. “Ah, suasana ini rasanya familiar,” gumam saya.

Pelan tapi pasti memori dulu saat perut saya besar berputar kembali. Biasanya saat ngidam bakso, diantar Adrian, kami akan berkendara dari Sentul menuju ke Bogor Selatan ini. Cuma berjarak satu pintu tol saja lalu melewati Kebun Raya Bogor dan lurus terus hingga agak ke bagian ujung Kota Hujan ini. Pengalaman masa lalu itu merayapi ingatan kembali, membawa serta perasaan bahagia, kebersamaan dan juga momen penuh canda tawa di kala itu. Saya raba jantung saya, degubnya kencang penuh rasa manis dan jiwa saya lembut terisi seluruh kenangan manis itu. Senang dan tentram.

Akhirnya setelah rapat, yang sedianya saya berencana langsung pulang, saya arahkan mobil ke warung bakso pinggir jalan itu. Saya mau makan bakso lagi di sana. Demi nostalgia. Saya sudah hampir lupa posisi tepatnya, apalagi letaknya bukan di jalan utama tapi sedikit masuk gang. Dari hotel tempat rapat, saya meraba-raba di mana ia berada. Daaan, akhirnya, setelah kesasar 2x, untung saja saya bisa melihat plang-nya. Ah, lokasinya geser sedikit, sekarang masuk ke ruko dan jelas interior dan eksteriornya renovasi besar-besaran. Tapi suasana nostalgia itu tetap ada. Dan saya makan dengan khidmat penuh rasa syukur.

“Enjoying the mystical cloud of joy that nostalgia brings.”

Satu respons untuk “Demi Nostalgia

Komentar ditutup.