Real Joy after Shifting Paradigm

Sekitar 3 mingguan ini, pekerjaan dan kehidupan pribadi saya lagi sibuk-sibuknya. Demanding. Yeah, kayak pacar posesif aja LOL πŸ˜› Selesai rapat jam 8 atau 9 malam itu hal yang biasa. Lalu pulang terus pas sampe rumah masih mengerjakan peran sebagai ibu dan istri -baca buku bareng anak atau sekedar menyiapkan cemilan malam buat suami-. Abis itu baru bisa punya waktu untuk diri sendiri. Pas akhir pekan juga sulit istirahat karena ada aja keluarga yang melahirkan, sakit, kedukaaan dan macem-macem lagi lainnya.

Saya sempat limbung for I felt there are so many things I have to do, yet there’s so little time. Gerah, pengennya ini semua cepet selesai aja. Akhirnya saya buat to do list for both my job and personal life. Total ada 23 item yang harus saya kerjakan mulai dari bikin analisa, review draft aturan, rapikan instrument survey sampai list beli kado dan jadwal jenguk teman atau keluarga. Padat, padat, padaaat. Pengen buru-buru dikelarin. Pengen punya ritme hidup normal seperti sebelumnya. Jadiiiii…. Itu 23 item saya kasih deadline mesti kelar dalam 1 minggu πŸ˜€

And…. ZONK! :mrgreen: Hahaha. Saya nggak hepi, burn out berada dalam tekanan bahwa ini semua mesti cepat kelar.

Shifthing Paradigm

Akhirnya saya nyerah. I stop pushing myself to do the list and finish it by the deadline. I changed my mentality too. Instead of doing those so I can finish it asap, I wanna do it mindfully; being present.  Meski itu artinya beberapa item di dalam list selesai melebihi waktu seharusnya yang bikin butterfly effect: yang lain juga jadi tambah lambat kelarnya. Alias nggak sesuai target (which is targetnya saya sendiri yang bikin alias nggak ada yang bilang harus kelar dalam 1 minggu itu juga. Bukankah kita sering gitu? Bikin target-target muluk buat diri sendiri lalu nggak bahagia *self keplak* hihihi).

Anw, it’s amazing. Once I shift my paradigm on that, it really helps me a lot. Like a lot! Saya lebih rileks dan berkerja terasa begitu menyenangkan. Pilih-pilih kado juga bawa kegembiraan tersendiri, nggak lagi yang penting beli kado tapi saya bisa menikmati memilah mau warna merah atau biru, pakai kertas kado apa termasuk menuliskan pesan secara pribadi di kartu-kartunya. Kemudian satu-persatu to do list tersebut selesai. Rasanya ringan dan menyenangkan sekali. It’s like everything falls to its place at its right time and it gives me real joy.

  • Saya tidak perlu mengeluarkan energi lebih besar dari seharusnya agar to do list itu selesai
  • Saya tidak perlu memangkas waktu tidur atau mengorbankan waktu keluarga biar cepat kelar
  • Saya nggak merasa tertekan

Semuanya berjalan dengan semestinya, bahkan minggu ini saya masih sempat menulis 3 postingan blog! (Meski isinya curhatan semua hahaha).

Bersyukur

Saya bersyukur, cuma beberapa hari aja saya tersesat dengan nge-push diri sendiri terlalu berat dan dengan cepat menemukan paradigma baru serta habit baru yang lebih cocok. Dan dari 23 to do list tsb masih tersisa 3 lagi yang belum kelar (dan bakalan bertambah sama to do list baru di Maret udah mulai menunggu). Jelas ini lebih lambat dari target saya tapi saya lebih bahagia. Lebih senang, tenang dan content dengan apa yang saya lakukan. Itu kan yang kita cari? Bahagia karena segala sesuatunya mengalir dalam damai.

Happy Sunday, everyone. Semoga kita diarahkan untuk menjalani garis hidup kita sesuai dengan waktu dan rencana Tuhan. Diberikan ketenangan jiwa mengikuti alurNya, nggak memaksakan diri lagi.

2 respons untuk β€˜Real Joy after Shifting Paradigm’

  1. Blogmessa berkata:
    avatar Blogmessa

    Hello kak eka. Terima kasih udah berbagi pengalaman ya kak 😊 i love this ❀️ btw aku perhatikan mata kakak sekarang berubah semakin indah bersinar. They look different now. 😊

Komentar ditutup.