Thankful

Menjelang akhir tahun ini, saya sering bertanya ke diri sendiri: apa yang paling saya syukuri dari tahun ini?
Jawabannya sederhana: support. Dari banyak arah, dalam banyak bentuk.

Di pekerjaan, saya belajar lagi bahwa tim bukan sekadar orang-orang yang bekerja bersama, tapi orang-orang yang memilih untuk saling menopang. Saya bersyukur memiliki tim yang solid. Pernah, suatu kali tim kami ketiban kerjaan tim lain dan itu adalah project Rorojongrang. Terbiasa membuat timeline dan distribusi pekerjaan (tanpa pushing, karena itu bukan gaya saya), saya sampaikan ke tim risiko jika tugas ini tidak selesai dan saya prep tim jika karena ini maka kami semua kena getahnya. Saya kira mereka akan nggrundel (siapa coba yang seneng ketiban kerjaan tim lain?), ngedumel atau mundur, namun jawaban mereka mengagetkan saya.


“Mbak, dimarahin gpp, toh kita dimarahin bareng-bareng.”
“Mbak, kami dukung Mbak Eka, kami ngikut arahannya.”
“Mbak, yang penting kita sama-sama Mbak Eka.”
Nggak ada yang gentar, nggak ada yang ngeluh, semua bergandeng tangan untuk berusaha mencapai target; yang penting sama-sama (and we nailed it! asli mau nangis liat sikap pantang menyerahnya). I have a ride and die team with me. And I am blessed by that.

Di sisi lain, ada momen-momen personal yang berhasil saya capai. Yang membuatnya terasa utuh bukan pencapaiannya, melainkan reaksi orang-orang di sekitar saya: everybody was happy for me. Di kantor orang-orang congratulate saya dengan antusias. Di komunitas, mereka kirim semangat yang tak habis-habisnya. This is indescribable feeling when you know your crowd is rooting for you. No jealousy, pure being supportive. Rasanya hangat mengetahui bahwa ada lingkaran yang benar-benar bersorak untuk kita—dan itu lebih dari cukup.

Saya juga dikelilingi oleh support yang tak bersuara keras, tapi paling kokoh: suami, keluarga, and a very limited close friend (you know who you are). You guys are my rock. I am beyond grateful for that.

On in the other side, I have personal battle with my health that made me gained 12kg weight within the last 2 years. Ada yang meledek saya karena kenaikan berat badan ini, tapi Puji Tuhan lebih banyak yang support. Satu yang saya pelajari, jika kita hidup dengan hati yang bersih maka kebahagiaan orang lain tidak akan menyakiti hatimu. Jadi kalo ada yang body shaming orang lain (terlebih itu karena kesehatan), it tells more about that person but me.

Di sela semua itu, saya menemukan kegembiraan kecil—journaling dengan warna, gambar, dan stiker. Hal sepele, tapi menyenangkan. Pengingat bahwa bertumbuh tidak selalu harus besar dan serius; kadang sederhana dan penuh rasa. Itu cukup.

Other than that, sure there were ups and downs in my life but everything turned out fine as God holds my hands. ALWAYS. To sum up: keluarga, pekerjaan, pertemanan di komunitas, persahabatan inside and outside work, and personal growth are wonderful. How about you?

It’s almost the end of 2025, I hope you have a clean heart to receive more blessings. I hope beautiful things happen to you and when they do, I hope you realize you are worth every single one of them.

Tinggalkan komentar