Hai Rosita, apa kabarmu di sana? Sebentar lagi lebaran tiba dan biasanya kita sudah sibuk bertukar kabar terbaru atau bercengkerama. Aku biasanya sudah di jalan menuju Jogja dan kamu biasanya bilang, “Lagi mudik ke Purwakarta nih sama papa dan mama.” Lalu telepon ditutup dengan janji nanti akan bertukar oleh-oleh setelah mudik selesai.
Hai Rosita, apa kabarmu di sana? Aku di sini baik-baik saja. Lebaran kali ini nggak mudik melainkan hanya ingin rehat sejenak menikmati Jakarta. Selama puasa pekerjaan lagi banyak-banyaknya, meski jarang keluar kota tapi hampir tiap hari ada aja yang menguras pikiran dan tenaga. Jadi, jeda cuti bersama ini ingin aku manfaatkan secara maksimal. Aku nggak ingin lelah bermacet-macet di jalan. Cuma pengen balik ke dapur dan sibuk masak-masak lalu menikmati binar bahagia Adrian dan Basti karena makanan kesukaan mereka dimasakkan oleh istri/maminya.
Hai Rosita, apa kabarmu di sana? Aku bahagia tapi tak dapat dipungkiri, aku rindu persahabatan kita. Aku rindu renyah suaramu menertawakan ketololan cerita-ceritaku. Kamu selalu bilang, “I have no idea how but you’re the luckiest bastard I’ve ever met. Polos, naif, percaya banget sama orang sampe gue takut lu kenapa-kenapa tapi ya selalu dijagain Tuhan jadi lu aman-aman aja.” You know what?! My boss just said those exact words and I instantly remember you.
Hai Rosita, apa kabarmu di sana? Baik-baik ya. Rest in peace. Aku sayang kamu, selamanya. I’ve got like everything that I’ve dreamed on since college ago. I wish you’re here to see it in person but you’re not. Please smile for me from up there and gimme a sign or anything that you looked up on me.
Hai Rosita. Aku rindu kita.