Apa cita-citamu waktu kecil dulu? Saya dulu pengen jadi astronot karena… Um karena waktu itu lagi booming aja astronot cewek trus pengen beda dari yang lain. Hihihi. Little did I know that, dreams should be built and we need to give wings to them. Well, yeah masa lalu. Hehehe.
Anw, saya berusaha mendukung cita-cita Basti dan keinginan dia yang masih berbeda-beda seiring usianya. Saya bikin list-nya di sini, sebagai pengingat dan akan di-update jika ada perubahan lagi.
Usia 2 tahun : Basti ingin jadi supir bus karena waktu itu hampir tiap hari dengerin lagu The Wheels on the Buss and I gave him a yellow bus as his toy.
Usia 4 tahun : Basti ingin jadi masinis karena katanya bisa jalan-jalan lihat pemandangan dan karena waktu itu lagi gandrung sama Thomas and Friends.
Dulu saat saya masih kerja di rumah medio 2017-2021 aktivitas ternak alias anter (les) anak itu kegiatan biasa. Jam 4 anter ke kolam, tungguin sambil cek-cek kerjaan via hape sekalian koordinasi kegiatan. Tapi begitu udah kembali aktif di kantor, ceritanya beda.
Beruntung hari ini ada yang lain. Saya bisa pulang kantor cepat jadi masih sempat antar anak lanang les renang. Ia senang sekali, minta ditungguin dan minta dijemput juga. Katanya…. HARUS MAMI YANG JEMPUT. Saya iyakan. Saya duduk di pinggir kolam lama-lama sampai hampir menangis.
Astaga, ini precious sekali. Anter les renang, nungguin dan jemput. Hal yang dulu saya anggap biasa sekarang sungguh rasanya luar biasa. Hati saya nano-nano campur aduk.
Treasure small things, being happy in small things 💙💙
Natal kali ini sungguh berbeda. Terasa sungguh meriah dan sangat semarak di hati. Ada banyak tawa yang kami bagi dan kebahagiaan yang kami sesap. Setelah tahun lalu tidak bisa berkumpul bersama karena ada anggota keluarga yang mesti karantina setelah positif covid, tahun 2021 ini, Puji Tuhan semua sehat dan kami pun bisa ngeriung bareng di rumah mamak-bapak.
Rumah yang awalnya sepi, mendadak jadi riuh kedatangan seluruh anak, cucu, dan mantu. Ada yang ketawa, ada yang teriakan rebutan mainan atau selisih paham. Maklum anak-anak. Hahaha. Kalo udah kumpul, ya gitu deh. Sebentar berantem, sebentar baikan.
Natal 2018Natal 2019
Natal 2021
Sementara saya dan adik-adik serta para ipar sibuk saling bercerita atau ledek-ledekan. Yah, walau udah tua tapi kalo kakak-adik mah saling ledekan sampai memutih rambutnya keknya. Hihihi. Saya sungguh menikmati kebersamaan kami di hari perayaan Natal ini. Diisi dengan doa khusuk, banyak tawa, kehangatan keluarga serta makanan enak yang berlimpah. Di sela-sela itu, kami masih sempat manortor dan dapat saweran. Hahaha. Very festive!
Saya pulang dengan hati bingah dan membuncah. Banyak yang saya syukuri di tahun ini, namun yang paling utama adalah kesehatan dari keluarga. Kesehatan mamak-bapak yang semakin menua. Bersyukur sekali bisa menghabiskan banyak waktu bersama mereka terlebih di hari Perayaan Natal ini. Benar banget kata Keluarga Cemara, harta yang paling berharga adalah keluarga.
Anw, selamat Natal buat teman-teman yang merayakan. Semoga bahagia bersama orang-orang yang disayangi. Dan selamat berlibur buat semuanya. God bless!
Beberapa waktu lalu saya ngobrol-ngobrol sama teman kantor soal anak. Yeah, obrolan standar mamah-mamah muda pas istirahat. Hahaha. Dan saya kaget pas dengar ada anak dari tetangganya teman yang giginya nggak disikat sama sekali dari kecil, alhasil pas umurnya hampir 5 tahun, giginya udah reges/penuh karies semua. Semoga gigi anak itu baik-baik aja dan nggak sakit gigi ya. Wishful thinking.
Anw, tumbuh dan besar di mana orang tua saya menekankan betapa pentingnya kebersihan gigi membuat saya menganggap gosok gigi adalah hal standar yang wajib dilakukan. Nothing extraordinary about that. Saya jadi pengen berbagi cerita tentang gimana cara kami mengenalkan kebiasaan menggosok gigi kepada Basti. Yah lumayan sambil nostalgia mengenang masa lalu biar jadi cerita yang tak terlupakan. Hehehe.
Anak lanang hari ini masuk Sekolah Dasar. Padahal kemarin kayaknya masih belajar berdiri sambil pegangan teralis jendela….. Sekarang sudah bisa mandi sendiri pake shampoo wangi dan memuji maminya dengan suara polos. Ia selalu ekspresif, selalu jujur bilang isi hatinya. Pujian kalo memang layak, akan ia sampaikan kalo enggak ya bakal bilang apa adanya (oh saya pernah dibilang bau kambing pas baru pulang sepedaan 🤣🤣). Tapi pujiannya selalu sukses bikin maminya klepek-klepek. Hahaha.
“You look beautiful with that dress, Mami.”
“Mami, you smell so good. I love it.”
“Wow, Mami, can I get a hug? I miss you so much.”
Basti, Basti…. Manisnya kamu… Kalo begini terus, berapa banyak hati cewek-cewek yang akan kamu patahkan nantinya, Bas? 🤣 Hahaha.
Umur berapa anak sudah bisa belajar toilet training? Ini udah waktunya lepas popok atau pospak belum ya? Kecepetan atau malah terlalu lambat? Moms, suka mikir gitu nggak? Duh, kalau ngomongin soal anak tuh ya rasa kuatir that we don’t do it right like other people kadang bikin insecure banget. Benar? 😀 (Itu elu kali, Ka. Moms yang lain enggak kok, lu insecure kok pake ngajak-ngajak ) Hahaha.
—–
Terpancing sama cuitan @Ki_seKi di Twitter, saya jadi ingat bahwa meski dari dulu saya sudah meniatkan untuk menulis cerita soal toilet training-nya Basti, namun niat itu belum kesampaian bahkan sampe sekarang anaknya udah masuk TK. Berhubung sekarang lagi agak selo jadi saya tuliskan cerita toilet training Abang Basti. Sebagai pengingat dan arsip kenangan masa lalu yang (duh) rasanya kok masih kayak kemarin aja.
Sebelum cerita soal cara toilet training Basti, kita ngobrol soal serba-serbi toilet training dulu yuks. Baca lebih lanjut →
So this morning I asked Basti to bath before we’re going out. I told him that I’ll help bathing him and guess what? He said NO. He said he can do it by himself. “No, Mami, I wanna bath myself. I’m five now, I’m big. I can do it!” and then he went to the bathroom, locked the door and left me standing alone feeling uncertain.
I don’t know how to respond that. I mean, I am proud that my kid (day by day) is being more independent and able to do his own personal stuff without my help… But to be honest I am not ready for this kind of rejection. I am not ready not feeling needed anymore Baca lebih lanjut →