Pilar-pilar Masyarakat

Hari ini kami pergi ibadah pagi di gereja kecil kami. Gereja yang sudah menaungi jiwa kami bertahun-tahun lamanya. Saya mengenal para pengerja gereja dari mereka muda belia hingga sekarang mereka sudah mendekati usia hampir setengah abad. Melihat sendiri perubahan para diaken gereja yang dulu berambut hitam dan sekarang sudah berubah menjadi putih semua seperti uban di kepala bapak saya. Wajah-wajah familiar yang menenangkan hati. Rasanya teduh dan tentram berada di suatu komunitas penuh stabilitas seperti ini.

Orang-orang ini melayani dengan sepenuh hati. Mereka menjenguk jemaat yang sakit, konsisten berdoa dan berpuasa bagi bangsa serta negara serta semua isi dunia. Mereka punya hati khusus dengan berkunjung ke rumah para lansia, tak lupa mengirimkan renungan harian bagi semua anggota gereja. Luar biasa, ada orang-orang yang memang dipanggil untuk menjalankan peran tersebut. Saya sih nggak mampu. Saya merasa ini memang bukan panggilan saya. Tapi ya mereka berbeda.

Ibu Gembala tadi mengingatkan kembali tentang komitmen mengikut Yesus beserta tanggung jawab dan konsekuensinya melalui himne ini

Di saat dunia berputar demikian cepat, para pengerja gereja ini menjadi perekat dan pengingat bahwa Tuhan bekerja melalui manusia. Tuhan jamah hidup banyak orang melalui pelayanan mereka sehingga jemaat yang sedang sibuk tetap merasakan sentuhan Tuhan melalui hal sederhana secara nyata. Salut bagi mereka yang memang dipanggil dan menerima panggilan Tuhan serta terus berpegang teguh pada komitmen pelayanan untuk menjadi salah satu pilar religi di masyarakat. God bless!

*Just a thought on one fine Sunday afternoon

Merawat Orang Sakit

Sudah saya ceritakan sebelumnya kalau selain karib dengan Rosita, saya juga akrab dengan keluarganya hingga saat ini. Tante Yayat, mamanya Rosita sesekali menyapa saya via WA sekedar bertanya kabar, demikian juga sebaliknya.

Seperti sore ini, Tante Yayat cerita soal impian-impian Rosita yang tidak terpenuhi sebelum dipanggil Tuhan. Hati saya ngilu dan sedih. Rosita pengen umroh kalo udah kembali ke rumah katanya. Tapi memang waktu itu tidak ada yang bisa kami lakukan karena info dari dokter yang bilang kalo harapan hidupnya hanya 6 bulan saja kami sembunyikan dari Rosita. Sementara dalam 6 bulan itu kondisinya terus menerus makin memburuk.

Lalu memori saya berputar kembali ke tahun 2015 saat saya sesekali curi waktu ijin dari kantor untuk menemaninya kemo.

Baca lebih lanjut

Perluasan Kapasitas

Setelah 3 tahun mengambil sabbatical leaves, saya mbatin di awal tahun 2020; apa yang bisa saya lakukan buat negara ini? I felt like I could do something better in my field. So I got back to work dengan impian ingin berkontribusi lebih untuk Indonesia di keahlian yang saya punya. Klise, tapi saya pikir, jika ingin mengubah sesuatu maka mulai dengan mengubah sistem and that means I need to be inside the system. So I did. And here I am.

Saya mengawali masuk kerja dengan berada di tim evaluasi. Memberi masukan apa yang suatu organisasi perlu lakukan untuk perbaikan kinerja pegawai dan organisasi. Selain itu, sesekali saya diminta me-review atau memberikan masukan jika ada pedoman atau aturan yang akan dikeluarkan terkait bidang yang saya tekuni. Tidak terlalu berat karena tanggung jawab nggak sepenuhnya ada di pundak saya. Role begini udah bikin saya puas coz I know I am doing something for my country. Dan mbatin saya di 2020 itu menurut saya udah terlaksana…. but not :mrgreen:

Baca lebih lanjut

Natal Kali Ini

Saya terbiasa dengan gegap gempita perayaan Natal di Jakarta. Di mana Natal dirayakan di ballroom hotel besar atau malah sekalian sewa hall JIEXPO Kemayoran sana (udah persis kayak gelaran Java Jazz). Where all things are so flashy, baju cantik, rambut di-blow dan nail art terbaru wara-wiri saat perayaan Natal. Di mana jika datang 15 menit sebelum acara Natal maka sudah dipastikan akan kesulitan mencari parkiran mobil. Belum lagi pulangnya pun jadi PR tersendiri karena antrian panjang saat mau keluar. Pesta Natal. Di mana-mana Pesta Natal.

Nothing’s wrong with that. Tiap gereja punya caranya sendiri merayakan kelahiran Yesus Kristus, toh? Dan saya terbiasa lalu menganggapnya hal lumrah. Namun tak dinyana, Natal kali ini saya memiliki pengalaman yang berbeda.

Tahun 2023 ini saya beribadah di GKJW Malang. Kepanjangan lengkapnya adalah Gereja Kristen Jawi Wetan, denominasi gereja yang cukup terkenal di Jawa Timur di mana kakek dari suami saya merupakan salah satu pendirinya. Yah, kalo dipadankan kayak salah satu pendiri aliran NU/Muhammadiyah versi Kristiani gitu.

Baca lebih lanjut

Ke Gereja lagi Setelah Pandemi

Sudah sebulan ini gereja saya buka ibadah on site alias off line. Aslik, pertama kali nginjek gereja lagi, saya merinding banget 🥺🥺 berkaca-kaca gitu matanya. I was overwhelmed with all these beautiful feelings.

Saat memilih mau duduk di mana, itu aja bikin terharu. Gilak, akhirnya gue balik lagi ke sini.

Saat saya naikkan pujian syukur bareng jemaat Tuhan lainnya, perasaan saya campur aduk. Haru, grateful, nggak percaya, Tuhan baik, semuanyaaaa.

Sudah dua tahun lebih kami sekeluarga ibadah online, ya dijalani aja karena kondisi pandemi. Nggak ngeluh, nggak gimana-gimana. Tapi ternyata begitu bisa gereja on site…. Ambrol. Saya serindu itu ibadah di Rumah Tuhan lagi.

HAPPY SUNDAY!

Tuhan, ajarku berdiam dalam rumah-Mu.
Ajarku berharap penuh selalu pada-Mu.

Lebih dari Pemenang

It’s beeen a busy week. Deadline susul-susulan tak berhenti. Ada meeting penting di hari Selasa yang persiapannya saja baru selesai jam 2 dini hari. Cuma tidur 4 jam dengan mata panda. Oh tentu saja kopi pun habis bergelas-gelas. But all was paid off. I nailed the meeting. Yeay!

Nggak berhenti di situ, ada aja kerjaan baru dengan dinamikanya sendiri. Naik turun banget. Sampe gue mikir, ini kenapa lepas dari mulut buaya kok ya masuk ke mulut harimau? 😅

Namun Puji Tuhan terlalui semuanya. Bersyukur dan bersyukur selalu. Sadar banget, ini nggak akan terlampaui kalo saya nggak punya support system yang baik.

Tuhan baik. Hidup nggak selalu mulus. Ada masanya sulit, susah, penuh rintangan tapi Tuhan sediakan pertolongan. Selalu. Dan akhirnya keluar sebagai pemenang. Jika Allah di pihak kita, siapa dapat melawan?

My Ups and Downs Relationship with God

We all have that period of time where we simply decided not to follow any rules but ours. I grew up in a very strict Christian family as strict as my mom reads the bible every dawn and my dad would woke us all of his children with a loud religious songs from Radio Pelita Kasih at 6 AM. :mrgreen: So loud that I thought I gone deaf. Lol. Not to mention that we go to church every Sunday (no excuse or you’d get scholded) also attended mid week service. Well, those were not without reasons. Lots of our relatives from dad’s side are priests or pastors and even there’s a nun from my mom side. So yeah, religious activities and its values are something me and my siblings breath in everyday.

Those values lead my life well and keep me on track. I am forever grateful that my dad was putting a solid fondation for me so I wasn’t lost. But to certain point of life, I got bored. I felt like being restrained. In almost every situation, I always asked myself the WWJD question. You know, when in doubt, ask yourself, “What Would Jesus Do?” :mrgreen: So then I always behaved, always become the teacher’s pet and bosses’ fave person or something like that. To the point that I couldn’t enjoy my life freely the way I want it.

Baca lebih lanjut

Classic Hymns

Hingga sekarang saya masih terkagum-kagum dengan penerjemahan himne-himne klasik gereja dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Pilihan diksinya tepat sekali, indah, tidak mengurangi makna namun secara estetika tetap terjaga. Ah, Tuhan berkati mereka yang sudah jadi perpanjangan tangan mendatangkan damai sejahtera dan sukacita melalui pujian dan penyembahan.

Salah satu himne klasik yang diterjemahkan dengan sangat baik oleh E.L. Pohan di tahun 1975 adalah Pass me not O gentle Saviour karya Fanny J. Crosby (1868).

Pass me not O gentle Saviour,
Hear my humble cry.
While on others Thou art calling,
Do not pass me by.

Saviour, Saviour,
Hear my humble cry.
While on others Thou art calling,
Do not pass me by.

Diterjemahkan ke dalam lagu pujian KJ 026 berjudul Mampirlah, Dengar Doaku

Mampirlah, dengar doaku, Yesus Penebus.
Orang lain Kau hampiri, jangan jalan t’rus.
Yesus, Tuhan, dengar doaku;
orang lain Kau hampiri, jangan jalan t’rus.

Apa teman-teman punya himne klasik kesukaan?

Have a blessed Sunday!