Natal Kali Ini

Saya terbiasa dengan gegap gempita perayaan Natal di Jakarta. Di mana Natal dirayakan di ballroom hotel besar atau malah sekalian sewa hall JIEXPO Kemayoran sana (udah persis kayak gelaran Java Jazz). Where all things are so flashy, baju cantik, rambut di-blow dan nail art terbaru wara-wiri saat perayaan Natal. Di mana jika datang 15 menit sebelum acara Natal maka sudah dipastikan akan kesulitan mencari parkiran mobil. Belum lagi pulangnya pun jadi PR tersendiri karena antrian panjang saat mau keluar. Pesta Natal. Di mana-mana Pesta Natal.

Nothing’s wrong with that. Tiap gereja punya caranya sendiri merayakan kelahiran Yesus Kristus, toh? Dan saya terbiasa lalu menganggapnya hal lumrah. Namun tak dinyana, Natal kali ini saya memiliki pengalaman yang berbeda.

Tahun 2023 ini saya beribadah di GKJW Malang. Kepanjangan lengkapnya adalah Gereja Kristen Jawi Wetan, denominasi gereja yang cukup terkenal di Jawa Timur di mana kakek dari suami saya merupakan salah satu pendirinya. Yah, kalo dipadankan kayak salah satu pendiri aliran NU/Muhammadiyah versi Kristiani gitu.

Di sini segala sesuatunya sungguhlah sederhana. Tidak ada musik yang menggelegar seperti konser, tidak ada tari-tarian seperti di sebuah pertunjukan, tidak ada flashy things. Saya mensyukuri diri bahwa tadi pagi tidak sempat mencatok rambut dan memutuskan mengenakan baju sederhana saja (dibandingkan koleksi pakaian kami lainnya karena di lain kesempatan, saya sering kali menerima komentar “Eka, you dress to kill”.) Jadi keputusan untuk tone done the apparel adalah sesuatu yang disyukuri. Kalo enggak kami pasti akan keliatan mencolok.

Perayaan Natal di sini khusuk. Hanya ada organ dan keyboard mengiringi lantunan pujian Jemaat yang justru dalam kesederhanaan terasa sangat syahdu. Saking syahdunya, saat solois menyanyikan Gloria in Excelsis Deo, air mata saya menitik di pipi. Terharu.

Perayaan Natal di sini terasa akrab, karena jumlah jemaat yang tidak besar, maka mereka mengenal satu sama lain. Tertawa dan saling bersalaman. Hangat.

Meski dalam kesederhanaan tapi binar sukacita nampak nyata. Di sini, waktu seolah berhenti sejenak. Natal tidak menjadi sekedar perayaan tapi menjelma menjadi perenungan pribadi. Seperti sejatinya makna Natal itu sendiri. Saya menyukainya. Seolah menjadi oase di tengah gegap gempita perayaan yang selama ini saya rasakan.

Anw, Merry Christmas from our family to yours. Semoga semua mahluk berbahagia. Tuhan Memberkati