“I love those random memories that make me smile.”
Have you ever smiled ear to ear just because you remember something? Hati tiba-tiba hangat karena mengingat sesuatu, mood naik dan bahkan rasanya kejadian atau kenangan itu seperti terputar kembali lengkap dengan senyum, tawa, sampai memori spesifik apa yang dilakukan saat itu.
Terpicu tulisan Joyride Bandung, kenangan saya tentang piknik ke Kebun Raya Bogor dengan bestie terputar kembali. Saat itu bulan Desember, cuaca lagi mesra-mesranya dengan awan-awan yang bergelanyut manja. Adem. Saya dan bestie berkendara ke Kebun Raya Bogor memenuhi wish-list bestie saya yang katanya belum pernah ke sana.
“Kita ke mana?”
“Ke Bogor.”
“Ngapain?”
“Lha katanya pengen piknik di Kebun Raya?”
“Ah…” Bestie terpana. Mata bulat di balik kaca mata itu lekat memandangi saya dengan senyum lebar penuh kebahagiaan di wajahnya. Ah, saya juga jadi ikut bahagia.
Membelah tol Jagorawi kami pun berkendara menuju Kota Hujan itu. Saya dan bestie tuh kalo udah ketemu bisa ngobrol berjam-jam nggak pernah kehabisan topik. Jadi sepanjang jalan kami bertukar kabar tentang bagaimana kehidupan kami masing-masing. Perjalanan 60 menit pun tak terasa lama.

Setelah membayar tiket masuk dan memarkir kendaraan, kami pun berjalan-jalan mengitari Kebun Raya Bogor. Nggak bisa semuanya sih karena luas banget kan ya sampe 87 hektar, gempor hehehe. Niat hati sih kami pengen langsung jalan ke arah Istana Kepresidenan namun nggak terlalu jauh kami melangkah eh nemu Museum Zoologi. Alhasil nyempetin masuk dulu deh. Abis itu lanjut jalan kaki ke area dengan pohon-pohon palemnya yang bikin inget film Beverly Hills 90210. Lagi-lagi bestie tertawa renyah mendengar referensi film yang jadul bet. Hahaha.

Kemudian kami melangkah pelan melewati beberapa makam dan rumpun bambu rindang yang eksotis sebelum akhirnya terlihat Istana Kepresidenan di kejauhan. Di depannya terdapat sebuah kolam Teratai yang sayangnya tidak sedang berbunga namun tidak mengurangi kecantikannya. Saat ingin memotret Istana Bogor, terdapat beberapa remaja yang lagi heboh banget foto-foto, tidak mau menganggu mereka maka kami pun beranjak pergi dan foto-foto di area lain. Sekitar 15 menit kemudian kami kembali ke depan Kolam Teratai, harapannya area udah kosong dan kami bisa gentian foto-foto di depan istanan. Ehladah para remaja itu masih ada di situuuu. Hahaha. Akhirnya saya pun permisi untuk minta gantian foto, untungnya mereka mau. Hehehe. Ya gila aja kalo nungguin lebih lama lagi, waktu kami nggak sebanyak ituuu hahaha. Bestie saya kaget kok saya berani.

Bestie sebenernya masih pengen jalan-jalan lagi tapi berhubung saya digigiti nyamuk kebon karena pake celana pendek, saya ngotot balik ke mobil aja.
“Udahan ah jalan-jalannya.”
“Masih panjang ini, jalan lagi yuks.”
“Ogah, nyamuknya ganas-ganas nggigitin gue.”
“Lha kok gue gak digigitin?”
“Darah lu pahit!” Ledek saya sambil memeletkan lidah yang memicu dia ketawa terbahak-bahak.
“Terus darah lu manis, gitu?”
“Ya iyalah darah gue manis semanis gue! Bweeks!” Kata saya PD sambil berlari ke arah mobil. Dengan tergelak bestie mengejar saja, mungkin nggak terima dengan self-claim saya yang bilang kalo diri ini manis. Well, kalo bukan kita yang memuji diri sendiri lalu siapa? Self-love kan penting. Hihihi.
Sampai di mobil saya melirik jam dan sudah lewat pukul satu. Sudah waktunya makan siang. Saya mengeluarkan bekal makan dari dalam mobil dan setelah celingak-celinguk akhirnya kami memutuskan untuk duduk di bawah sebuah pohon di depan area rumput yang terbuka. Bestie makan dengan lahap apalagi setelah tahu kalo saya masak sendiri: ayam pedes bumbu rujak, sayur tumis dan beberapa potong gorengan.

“Enak banget makanannya,” ujar Bestie. “Ini definisi piknik yang sesungguhnya,” imbuhnya lagi dengan mulut penuh mengunyah campuran nasi dan ayam. Saya tertawa melihatnya. Wajahnya sumringah betul. Polos kayak anak kecil abis dapet permen gitu.
“Hati-hati keselek,” tukas saya pendek juga sambil menyuap sendok nasi ke mulut.
“I’ve always dreamt this kind of picnic. Duduk di bawah atap langit dengan shady pepohonan, makan masakan rumahan yang disiapin sendiri dan ngobrol seru,” katanya lagi. Saya manggut-manggut sambil tetap sibuk nggerogoti paha ayam. Enak bos! (Lagi, gue memuji diri sendiri hahaha).
Selesai makan, kami terus duduk-duduk santai di bawah pohon dan tentu saja lanjut ngobrol apa aja. As I mentioned before, kami nggak pernah kehabisan topik! Nggak berapa lama ada keluarga muda yang juga duduk gelar piknik di dekat kami. Seorang ibu dengan dua anaknya dan baby sitter. Tempat ini memang area buat piknik yang seru.
“Ma kasih sekali lagi ya,” kali ini ia berkata sambil menyentuh tangan saya. Lagi-lagi dengan mata bulatnya itu; penuh rasa syukur. Ada aura ketulusan yang sungguh. Saya tersenyum dan mengangguk terharu. At that time we were creating memory which just now I recalled it with lotta smiles and happiness. Thank you for being you. Semoga lain kali bisa ke Bogor lagi, pikniknya kan udah, next semoga bisa cicipi kulinernya.
P.S. Masih gak terima usulmu buat buang air kecil di balik semak-semak pas gue kebelet pipis. Kalo di hutan pas naik gunung bolehlaaah, tapi please tidak di KRB, mending gue digigitin nyamuk lagi daripada mesti pipis di tempat public 😅