Deru suara angin laut yang khas beradu dengan gemuruh ombak yang pecah di bibir pantai. Membuat dada ini berdetak kencang seolah laut memanggil untuk saya segera bermain dengannya. Ah, cepat-cepat saya turun dari boncengan motor, menaruh helm dan langsung lari ke arah pantai meninggalkan Adrian yang sibuk memarkir kendaraan. Nggak sabar rasanya pengen segera menuntaskan kangen sama Pantai Kuta, sama pasir putihnya, sama riuh pedagangnya dan tentu saja sama pemandangan lautnya yang menggoda.
Setelah tawar-menawar harga kursi santai di pantai dengan payung teduhnya (eits ini bukan nama band 😛 ) saya pun duduk diam menyelami langit dan lautan biru yang terpampang di depan mata. Membiarkan matahari Bali pelan tapi pasti menyapa kulit wajah saya (yang untungnya sudah diolesi tabir surya SPF 50 sekalian! Siapa yang mau ambil risiko kebakar matahari kan? Sakit! Hahaha). Saya selalu senang duduk diam menikmati alam, mau gunung atau pantai nggak ada masalah, semua senang. Tanpa bicara, tanpa kata-kata dan itu bisa saya lakukan berjam-jam lamanya. Mulai dari hari siang hingga sang surya tenggelam. Menyenangkan!
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.