“Kamu tau apa arti kafir?””Tidak,” jawab saya bingung kenapa tiba-tiba saya ditanyai apa arti kafir.
“Sekarang ini kata kafir sudah dibuat lebay sama para politisi. Kalo kamu tidak percaya sama iman saya ya kamu itu kafir! Sama aja, kamu memanggil saya domba tersesat kan?” Katanya dengan nada bertanya yang agak meninggi.
Saya hanya tersenyum mendengarnya. Ada logical fallacy di sini; terjadi pengambilan kesimpulan secara deduktif dengan menggunakan frame pemikiran yang diinginkan; karena ia memanggil saya kafir maka saya memanggil dia domba tersesat? Lha kok jadi ia yang memutuskan hal itu? Memangnya ia itu saya?
Tapi yang terlebih penting dari itu semua adalah soal toleransi. Saya bersyukur saat masih SD dulu diajari oleh guru PMP untuk dapat bertenggang rasa dan memilah mana perkataan yang bisa dikatakan kepada semua orang dan mana yang untuk kalangan sendiri. Balik ke soal kofar kafir… Tidak, saya tidak tersinggung. Ini justru jadi tambahan reminder buat saya. Kalau kata John Lennon dulu, “marilah kita menjadi orang yang lebih banyak menyebarkan cinta daripada kebencian.” Kata-katanya emang lawas, tapi masih kekinian buat digunakan. Ada penggemar John Lennon di sini?
Note: Ini foto lama yang diambil di Kalibiru, Yogyakarta tahun lalu. Fotonya emang lama tapi kisahnya sih baru-baru aja terjadi.
Sebenarnya, sejauh mana kita harus tenggang rasa kak? Bingung aku kak..
Sejauh mata memandang langit biruuuu
dia itu saking bencinya atau gimana sih, Ka?
sejak kapan domba yang sesat dipadankan sama kafir?
Nah iya, pemahamannya beda. Domba yang tersesat gak sama ama kafir tapi menjelaskan sama orang dengan pandangan begitu ibarat menabur garam di laut, Mbak. Aku milih melipir pergi aja
Lha, kok tau2 nanya soal kafir dan jadi tersinggung soal domba2 yg sesat? Domba2 yg sesat itu beda atuh sama pengertian kafir… begitu banyak yg mudah tersundut hari ginih
Nggak ngerti kaaaak.
sebenarnya kafir itu masalah bahasa. Bahasa arab untuk panggilan non muslim. kayak semacam harry potter penyihir bilang muggle ke non magic.
Seharusnya itu kata yg dipakai untuk sesama muslim. kalau udah kedengaran sama non muslim jadi terdenger mengejek. sama seperti snape yg selalu mengejek klo ngomong muggle.
jadi intinya penempatan ya mbak.
Nah, itu tadi aku tulis. Sesuatu yang untuk kalangan sendiri nggak perlu diumbar-umbar ke kalangan luar. Bentuk toleransi ya di situ.
Tidak bermaksud untuk apa-apa
namun saya merasa beruntung pernah bersekolah dan juga bergaul dengan kawan-kawan yang sangat beragam. Saya pernah sekolah di SD dan SMP Katolik, lalu kuliahpun saya masuk di Perguruan tinggi yang boleh dikata mahasiswanya berasal dari 27 propinsi (dulu masih 27). Dari Aceh sampai Papua.
Sehingga saya secara tidak langsung sudah terekspose kepada keberagaman.
Saya sedih melihat orang sekarang begitu ringan berkata kasar
Saya berharap semoga apa yang terjadi bisa mendewasakan kita semua
salam saya
Amiiin. Iya, Oom. Aku semacam rindu sama jaman toleransi dulu. Bhiks. Sedih lho suasana sekarang ini, jadi minoritas itu lumayan sedih
hwaaaaa baru tau ada blog ini ….
*kemanaajagw
Haloooo
aku sukaaa lihat tampilan baru blognya mba Ekaaa :3
Ini blog baru Cha. Bukan blog lama diremake. Yang Ceritaeka masih sama sih hehehe
Owalaaahhh 😆 gak merhatiin…
Karena manusia harus dikotak-kotakkan, maka ijinkan saya masuk ke dalam kotak kafir itu.
Bagi mereka, saya memang kafir, tapi bagi saya, saya manusia biasa yang berjuang menjadi orang baik, tanpa perlu mengkotak-kotakkan manusia lain.
Ah Tjetje aku jadi gimana baca komenmu