Senja Terindah itu ada di Senyummu

Secangkir cappuccino dan selusin lagu-lagu dari Bruno Mars menjadi teman setia saya sepanjang pagi ini. Saya begitu khusuk bekerja hingga lupa menikmati roti coklat yang sudah saya pesan.

“Mau pesan lagi, Mbak?” Sapa pramusaji sambil tersenyum yang saya balas dengan gelengan kepala saja. Tak lupa seuntai senyum saya ulaskan untuk membalasnya. Ah, mungkin sudah cukup lama saya berada di sini, hingga pramusaji menganggap sudah sepantasnya saya memesan lagi. Tapi sebentar lagi jam makan siang dan rasanya saya nggak mau memenuhi lambung dengan kafein.

Saya katupkan kedua belah tangan sambil tersenyum lega. Beberapa pekerjaan sudah dikirimkan untuk menunggu persetujuan. Sekarang saatnya santai sejenak sambil mengintip social media. Seraya tersenyum, saya meraih ponsel yang ada di dalam tas. Tapi senyum itu tak bertahan lama. Tiba-tiba suara notifikasi silih berganti nyaring berbunyi, tanda beberapa email baru masuk menyerbu. Mendadak kepala saya terasa pening memandangi baris demi baris judul email yang menuntut jawaban segera, bukan hanya jawaban ringan namun juga jawaban penuh data. Setelah meletakkan ponsel, saya mengusap dahi pelan karena nampaknya makan siang saya akan tertunda. Saya menghela napas panjang untuk sesaat, mengumpulkan semangat agar suasana hati kembali ceria untuk bekerja ketika ponsel di sebelah laptop berdering. Hanya dengan mendengar nada dering khususnya tanpa melihat ke layar ponsel pun saya sudah tahu siapa peneleponnya: mama saya!

“Ka, Basti dari tadi minta telpon kamu terus nih,” suara mama di seberang sana mengabarkan bahwa Bastian, anak saya, lagi kangen dan karenanya minta berbicara dengan saya.

“Mana sini Bastinya,” jawab saya singkat. Lalu ponsel pun berpindah dan saya dengar suara lembut buah hati saya di kejauhan.

“Mami… Basti kangen,” katanya pelan.

Hei, mami kangen juga. Kangen banget,” jawab saya.

“Mami udah makan? Mami di mana? Nanti jemput jam berapa?” Tanyanya lagi tanpa jeda. Pertanyaan yang membuat sudut mata saya basah. Beberapa bulan terakhir ini saya begitu sibuk, begitu penat. Hampir setiap hari saya menitipkan Bastian ke rumah mama agar saya dapat fokus bekerja tanpa interupsi. Dan setelah 2 minggu penuh setiap pulang sekolah Basti selalu ke rumah neneknya, mungkin hari ini ia rindu sekali. Rindu main lego bareng saya, rindu menyusun rel kereta api bersama atau mungkin sekedar rindu kruntelan manja sebelum tidur siang saja. Saya mengusap butiran air mata yang perlahan mulai turun.

“Iya, nanti malam mami jemput Basti ya. Abis itu kita pulang trus nanti mami bacain buku Peppa Pigs sebelum tidur.”

“Horeee! jawabnya penuh antusias.

“Nah, sekarang Basti baik-baik sama opung ya, jangan bikin opung repot.”  

Yes, Mami, jawabnya patuh. Dan setelah ia memberikan cium jauh salam perpisahan, telepon pun ditutup. Menyisakan saya dengan lubang hati penuh rasa bersalah karena begitu sibuk dengan pekerjaan sehingga hampir tak punya waktu lagi bermain bersama seperti biasanya.

Dada saya sesak. Rasanya sudah lama kami tidak memiliki family time yang berkualitas. Masing-masing sibuk dengan tuntutan pekerjaan. Jam di pergelangan tangan saya menunjukkan waktu pukul 11.00. Sudah hampir waktunya makan siang tapi selera makan saya sepertinya menguap entah ke mana. Jam-jam segini Adrian, belahan jiwa yang sudah menikahi saya 9 tahun lamanya itu, biasanya menelepon. Sekedar mengecek bagaimana kondisi saya, sudah makan atau belum dan membuat janji untuk pulang bersama di sore hari. Tapi entah kenapa kali ini ia tidak menelepon. Mungkin sibuk, mungkin rapatnya molor, mungkin terjebak dengan pekerjaan sehingga lupa menelepon. Entahlah, tapi saya tahu itu bukanlah disengaja, namun situasi dan kondisi pekerjaan membuatnya seperti itu. Betapa sering kita terbelenggu oleh pekerjaan sehingga melupakan banyak hal, bukan?

Jakarta memang kejam, tuntutan roda kehidupan juga tak kalah kejamnya. Saya dan Adrian berusaha mengeluarkan potensi terbaik di dunia kerja kami masing-masing sehingga melupakan hal esensial: keluarga. Padahal keluarga itu ibarat tanaman. Perlu dipupuk, disirami dan juga dipelihara agar tumbuh harmonis dan kokoh. Nggak bisa berjalan seperti apa adanya, seperti matahari yang selalu terbit di timur dan tenggelam di barat tanpa kita melakukan sesuatu. Buat apa karir bagus namun takk bisa membagi waktu dengan keluarga sehingga anak tak terurus? Buat apa uang segudang namun keluarga tak hangat dengan kasih sayang?

Bukankah hidup butuh keseimbangan?

Tanpa sadar, lagi-lagi butiran air mata itu turun tanpa meminta ijin. Saya kangen saat-saat di mana hati kami saling melekat penuh kelembutan. Kami bertiga tertawa bersama, berlarian di pantai, berkejaran sambil saling mencipratkan air laut. Kangen saat-saat di mana kami duduk bersisian menghadap ufuk barat, saling menggenggam tangan lembut sambil menikmati syahdunya matahari yang tenggelam dalam kejinggaannya. Senja jingga yang indah. Kangen momen kebersamaan itu. Kangen banget. Arrrgh…. Setelah beberapa lama saya sadar, walau enggan untuk mengakuinya namun….

SEPERTINYA KAMI BUTUH LIBURAN. IYA, LIBURAN ALIAS PIKNIK!

Namun tunggu dulu… Ngomongin liburan itu bukan sekedar pergi piknik begitu saja. Menurut saya, ngomongin liburan itu sama ribetnya dengan menyelenggarakan sebuah pesta ulang tahun karena ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Buat keluarga muda dengan anak berusia tiga tahun, saya mempunyai banyak pertimbangan sebelum pergi piknik. Di antaranya:

  • Jenis maskapai
  • Jam penerbangan
  • Lokasi dan fasilitas hotel
  • Dan di atas itu semua, pertimbangan utama adalah harga. Sebisa mungkin mendapatkan penerbangan dan akomodasi hotel dengan harga yang terjangkau dan pas di kantong. Jangan sampai, niatnya pergi piknik agar ikatan keluarga makin erat, eh jadinya malah ribut-ribut karena biaya piknik lebih besar pasak daripada tiang. Jangan sampai terjadi.

Semua printilan itu perlu diriset dengan baik supaya liburannya maksimal dan tidak mengecewakan. Biasanya saya butuh waktu satu sampai dua hari melakukan riset persiapan tersebut. Hah? Segitu lamanya? Lha iya dong, kan sekalian bacain review orang-orang atas hotel yang dipilih. Jelas butuh waktu. Belum lagi bandingin harga hotelnya, antara satu hotel dan yang lainnya kan menawarkan keunggulan masing-masing. Bisa saja harga sama tapi benefit yang diberikan berbeda. Harus jeli dan teliti biar nggak rugi.

Namun saat ini sepertinya waktu bukanlah teman baik saya. Jangankan waktu untuk mempersiapkan liburan, waktu buat menemani anak saya main lego saja saya nggak punya! 😦 Tapi biarpun waktu sedang tidak memihak saya namun sepertinya Traveloka selalu ada untuk saya. Beruntung saat saya membuka aps Traveloka, ada fitur baru bernama flight and hotel packages. Saya coba ubek-ubek dan betapa terkaget-kagetnya saya karena semua riset yang perlu saya kerjakan sebelum berangkat liburan telah dilakukan oleh Traveloka. Jadi dengan fitur flight and hotel packages, saya bisa mendapatkan paket penerbangan dan hotel dengan mudah. Cara pesannya gampang:

Buka aps Traveloka, pilih paket flight & hotel. Lalu masukkan detil penerbangan dan hotel yang diinginkan. Sesudah itu akan muncul banyak sekali paket yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan, baik jenis dan jam penerbangan serta jenis akomodasinya. Mulai dari hostel, apartement atau bahkan homestay juga ada. Lokasi serta fasilitas hotel pun terpampang jelas dengan foto-foto yang memudahkan saya untuk memilih akomodasi.

Semua ritual keribetan yang biasa saya jalani sebelum liburan dikerjakan oleh Traveloka dan saya tinggal pilih aja. Luar biasa! Pilih paket yang cocok kemudian bayar dan selesai. Jika paketnya ada yang nggak cocok, baik hotel maupun penerbangannya dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan keinginan.

DALAM 15 MENIT #JADIBISA LIBURAN KELUARGA

Jelas saya merasa sangat terbantu dengan fitur booking flight dan hotel dari Traveloka ini karena:

  • Hemat biaya. Sudah saya bandingkan antara beli terpisah dan beli paket flight and hotel. Lebih murah yang paketan. Saya pikir mereka sudah ada kerjasama terlebih dahulu antara maskapai, hotel dan traveloka-nya. Bayangkan saja liburan tiga hari ke Bali hanya 800 ribuan saja per orangnya!
  • Hemat Waktu, saya nggak perlu pilih penerbangan satu-satu lalu masih ribet cari hotelnya. Sudah dikerjakan oleh Traveloka semua. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampai. Kalau sebelumnya, setiap liburan saya perlu riset 1-2 hari, sekarang cukup  15 menit saja. Saat mau mengganti  jadwal penerbangan pun, selisih biayanya sudah dikalkulasi oleh Traveloka.
  • Mudah dan praktis, saya nggak perlu buka banyak web atau aps. Cukup buka satu apps saja yaitu Traveloka dan semua servis yang saya inginkan terkait penerbangan dan akomodasi sudah tersedia. Plus nggak perlu juga bayar tagihan-tagihan yang berbeda karena tagihan hotel dan pesawatnya sudah jadi satu.
  • Bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan. Jadi bebas mengganti maskapai, atau jam penerbangannya dengan mudah dan cepat. Berita bagusnya, sudah sekalian dihitungkan berapa total biaya yang harus dikeluarkan. Jadi nggak perlu kuatir akan melebihi bujet liburan.

Tak ada yang lebih menggembirakan hati saat saya memberitahu suami dan anak bahwa kami akan liburan ke Bali. Mereka tersenyum lebar saat mendengar berita itu. Basti langsung berlari menciumi saya dan bilang akan bawa mainan truknya, Adrian terkekeh dan berjanji akan mengurus cutinya lalu kami semua berpelukan. Di momen kami tertawa bersama seperti itu, untuk sesaat saya sadar… Senja terindah itu ada di senyuman orang-orang yang saya kasihi, ada di lengkung manis bibir Adrian dan Basti yang menguarkan aura kebahagiaan. Kebersamaan memang dibutuhkan untuk mengeratkan keluarga dan salah satunya bisa dilakukan melalui momen liburan bersama.

Keluarga adalah segalanya, senyum mereka adalah yang terutama.

#JadiBisa Liburan keluarga. Semua persiapannya dapat dilakukan kapan saja, di mana saja. Lebih hemat, lebih praktis dengan fitur pemesanan paket pesawat dan hotel dari Traveloka.

Liburan yang disiapkan tanpa ribet, tanpa repot, hemat biaya dan waktu. Berkat fitur pemesanan paket pesawat dan hotel dari Traveloka, kami #JadiBisa liburan untuk menyeimbangkan hidup dan menciptakan kenangan. Sejenak melupakan hiruk pikuknya Jakarta dan menikmati esensi keluarga.

Kamu Butuh Liburan juga? Traveloka aja!

17 respons untuk ‘Senja Terindah itu ada di Senyummu

  1. omnduut berkata:

    Wah Basti sama kayak ponakanku, suka Peppa Pigs, tapi ponakanku sukanya nonton doang hehehe, kalau baca sukanya buku lain yang ada inces-incesnya hwhw.

    Suka banget foto bertiga itu, romantis euy. Dan bener, salah satu cara menjaga keromantisan dalam keluarga itu dengan cara berlibur bersama. Sampe segede ini pun, keluarga kami masih suka jalan bareng, walaupun intensitasnya makin jarang.

    Untungnya, hari gini emang lebih mudah merencanakan berlibur kalau pake Traveloka. *kasihjempol

  2. Walter P. berkata:

    Tiap ada rencana naik gunung ke sekitar jawa tengah pasti pesan tiket kereta di traveloka. Aku suka sistem dan promonya. Tinggal input daerah tujuan, nanti dikasih tau stasiun mana aja yang available dan terdekat, plus ada promo diskonnya pula. Kan keren ngga usah nyari satu2 haha

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s