Seminggu lalu saya dirawat di rumah sakit, diopname karena suatu hal. Adakalanya saya down banget dan kesel setengah hidup. Selain mesti menanggung sakit yang nggak ampun-ampunan, saya juga mesti menjalani banyak pemeriksaan. Dari satu pemeriksaan ke pemeriksaan lainnya. Capek. Melelahkan. Dan di saat-saat seperti itu kadang saya jadi ngelantur.
“Kalo aku mati gimana?” Tanya saya ke suami yang sedang duduk istirahat di sofa di sebelah ranjang saya.
Sontak wajah Adrian berubah saat saya menanyakan hal tersebut. “Don’t, please don’t.” Jawabnya singkat sambil berdeham.
“Kenapa?”
Adrian berdiri dan berjalan menghampiri saya. “I don’t think I can live without you.” Suaranya tercekat. Ia diam sambil mengenggam tangan saya kemudian berkata lagi, “Aku… Umm… Aku pernah membayangkan gimana kalau kamu nggak ada lagi di dalam hidupku… Dan aku tahu aku nggak sanggup. Aku nggak bisa.”
—
It was a short conversation, but it arouses a question to my mind. Who needs who? Selama ini saya selalu berpikir kalau saya yang nggak bisa hidup tanpa suami saya. Saya yang manja ini, yang super duper ceriwis dengan segudang kisah dan selalu senang saat melihat raut wajahnya ketika mendengarkan saya bercerita. Saya yang sering banget minta ini itu. Saya yang gede ngambeknya. Saya pikir…. Saya yang nggak bisa hidup tanpanya. Tapi Adrian? Suami saya itu begitu mandiri, tidak banyak menuntut, saya pikir tanpa saya pun ia akan dengan tenang melanjutkan hidup. (Tentu berduka sebentar, tapi ya abis itu lalu bisa melanjutkan hidup lagi). Tapi ternyata enggak gitu juga… 🙂 Hmmm hidup nikah itu memang begitu ya… Seiring waktu, sejalan dengan banyak momen yang dilalui bersama maka kami menjadi semakin tidak terpisahkan. Menjadi semakin melebur sehingga memang akan terasa lain tanpa kehadiran belahan jiwa. We need each other.
P.S. I love you, suamiku.
Tapi udah sehat lagi kan, Ka?
Tetap sehat yaaa
Better. Ma kasih doanya yaaa :*
Cepet sehat lagi yaaa, Mak.. 🙂
Sakit apa eka? Cepet sembuh ya
Iya Mami Raffi :* Ma kasih doanyaaa
mbak ekaaaa, semoga cepat pulih seperti biasa yaaa. dan harus sehat!
mbak eka & mas adrian itu salah satu keluarga kecil yang jadi panutanku sejak pertama kali kita kopdar di citos bareng geng rumpi..
Amin! Sehat, sehat, sehaaaat! Kamu juga ya Nik :*
Get well soon, kak.
Jadi terharu baca kisahnya.
Ma kasih Mas ^_^
Pembicaraan yang membahas kematian ini memang ngga enak dan gak mudah, tapi suatu hari mungkin tetap akan harus dihadapi, menurutku.
Kalau memang sudah lama bersama pasti akan berat untuk terpisahkan ya Eka. Semoga sehat-sehat selalu ya sekeluarga peluk kenceng
Iya ya, Nath. Pembicaraan nggak enak tapi memang harus dilalui. Paling enggak jadi menyiapkan mental.
Hugs back! Mendoakan papamu sehat ya, Nath. GBU
Amin, Eka.. Makasih banyak yaa ((peluk))
Sehat2 ya mbak, jgn sakit lagi kesian mas Adrian Dan si ganteng
Thank you Atuuuu
“Don’t, please don’t.” *kemudian ikitan mewek
Pls jauh2 deh pikiran negatif itu yaaa, wishing u have a longlast relationship. Happily ever after, ameen.
Btw gws yaaaaaaaaa….
Ameeeeen. HUsh hush penyakit
Cepet pulih ya, Mba..
Semoga pembicaraan itu jadi penyemangat biar cepet2 bisa manja2 lagi.. 🙂
Iya, ma kasih ya ^_^
Sehat-sehat ya, Mama Bastian… Mwach! :*
Smooch smooch :* Like wise dear.
pantesan ceritaeka.com ga update.
Apapun sakitnya, mudah2an disembuhkan total ya. amiiin …
Amiiin. Ma kasih yaaa. Tapi hari ini CE akan update koook ^_^