Memulai Pariwisata yang Berkelanjutan dari Diri Sendiri

“Don’t destroy what you came to enjoy.” -anon-

Beberapa bulan lalu timeline saya ramai soal wisatawan asing di Bali yang di-blacklist oleh sebuah restoran karena menolak membayar makanannya seharga 95 ribu rupiah. Hal ini sudah beberapa kali dilakukannya sehingga pemilik restoran pun geram dan membukanya ke publik serta memasukkannya dalam daftar black list.

Pada kesempatan lain, ada wisatawan berbeda yang datang ke sebuah restoran, tidak membeli apa-apa dan hanya duduk numpang wifi. Kasusnya cukup viral dan jadi perbincangan. Padahal dengan membayar makanannya atau membeli sesuatu di tempat yang ia kunjungi, sesungguhnya para wisatawan membantu perekonomian lokal. Ada orang tua yang bisa menyekolahkan anaknya dari usaha tersebut, ada karyawan yang bisa menghidupi keluarganya atau sesederhana usaha lokal yang bisa terus bergulir.

Kejadian tersebut membuat saya berpikir. Apa tujuan seseorang untuk travelling? Semacam refleksi juga buat saya. Traveller seperti apakah saya ini? Apakah dengan saya bepergian ke suatu tempat saya membawa manfaat bagi tempat yang saya datangi? Ataukah datang lalu dengan egoisnya mengambil banyak hal dari tempat itu (seperti kepuasan diri, kesenangan, dst) tanpa memberi kontribusi pada masyarakat sekitar?

Awareness Travell for Sustainable Travelling

Anw, minggu lalu, tepatnya Kamis, 31 Oktober 2019, saya bersama teman-teman travel blogger lainnya hadir pada acara yang digagas oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan The nature Conservacy (TNC) di Kedai Cino1. Beruntung banget di acara tersebut kegelisahan saya banyak terjawab. Usi Sally, nona Ambon manise ini banyak sharing soal pariwisata yang berkelanjutan (sustainable travelling).

Usi Sally. Usi artinya kakak dalam bahasa Ambon karena memang beliau berasal dari Ambon ini. Terima kasih sharingnya, Usi!

Apa itu sustainable travelling? Mudahnya, pariwisata yang berkelanjutan adalah suatu cara agar pariwisata dapat berlangsung dalam jangka panjang tanpa merusak alam dan budaya. Sustainable travelling sedapat mungkin meminimalkan dampak negatif dari pariwisata dan idealnya dapat bermanfaat positif untuk daerah tersebut.

Ada 4 pilar Sustainable Travelling yang dapat kita perhatikan saat bepergian agar bisa ikut andil membentuk Pariwisata yang Berkelanjutan:

  1. Environment atau lingkungan. Poinnya adalah mengurangi dampak negatif dari pariwisata kepada alam dan lingkungan. Contohnya nih, tidak membuang sampah sembarangan, tidak memegang atau menginjak koral saat snorkling, pakai sunblock yang kandungannya aman untuk laut, memilih hotel yang ramah alam, itu sudah termasuk berkontribusi menjaga lingkungan.
  2. Social yang berfokus untuk memberikan dampak positif pada masyarakat lokal atau komunitas setempat. Creating better place to live. Contohnya membantu penduduk lokal membangun irigasi atau sekolah dengan kita berkontribusi pada pariwisatanya.
  3. Economy, intinya bagaimana memberdayakan penduduk setempat agar dapat mandiri secara ekonomi. Prepare us for the future. Salut dengan apa yang dilakukan YKAN di Papua yang memberikan pelatihan kepada penduduk setempat bagaimana mengolah ikan menjadi abon sehingga dapat dijual.

    Belanja di Pasar Tomok. Danau Toba. Hal sederhana begini sudah membantu perekonomian lokal, mendukung Pariwisata yang Berkelanjutan.

    Untuk pejalan seperti kita ini juga bisa berkontribusi dengan cara belanja atau membeli sesuatu dari penduduk lokal. Nah, tahu kan sekarang kenapa saya suka belanja? Tahu kan kenapa kalau bepergian, pas pulang koper saya penuh? :mrgreen: (halah, ini sih alesan lo aja yang emang doyan belanja, Ka! Timpuk pake abon nih. Hahaha).

  4. Culture, bagaimana kita respek pada budaya dan kearifan lokal. Tidak berusaha mengubahnya namun berjalan beriringan dengan berusaha memahami mereka. Contohnya, menghormati kearifan lokal yang membangun jembatan dengan bambu atau menjaga kesakralan suatu tempat.

Datang ke suatu tempat dengan menghormati kebudayaan lokal. Jika disebutkan mesti berbusana tertutup maka berpakaianlah sesuai aturan.

Sudah waktunya kita bepergian dengan kesadaran penuh (travel awareness) akan dampak apa saja yang bisa kita bawa. Memahami dampak positif atau negatif yang bisa ada saat bepergian akan membantu kita bertindak lebih bijaksana. Lakuin yang bisa memberikan dampak positif dan ngejauhin yang bikin dampak negatif. Dengan sebisa mungkin berusaha.

Cara Saya Berkontribusi pada Sustainable Travelling

Empat pilar di atas terdengar berat? Enggak kok. Sebagai pejalan kita pun bisa berkontribusi pada pariwisata yang berkelanjutan sesuai dengan kapasitas kita. Nggak perlu muluk-muluk. Mulai aja dulu dari sendiri, dengan apa yang kita bisa.

In daily basis, pariwisata yang berkelanjutan ini soal mengambil pilihan yang lebih bijaksana demi dampak jangka panjang. Beberapa hal ini sudah saya lakukan:

  • Bawa botol minum sendiri pas travelling jadi meminimalkan sampah botol plastik karena bisa refill dibanding beli air kemasan.
  • Membawa sedotan besi/bambu sehingga nggak perlu pakai sedotan plastik. Atau kalaupun lupa bawa maka saya memilih minum gak pake sedotan. Tak lupa bawa tas kain juga. Sedapat mungkin meminimalkan penggunaan plastik pas belanja. Btw ma kasih ya YAKN buat goodie bag sedotan besinya, berguna banget.
  • Belanja di destinasi yang saya kunjungi. Bisa berupa pernak-pernik aksesoris sampe makanan setempat seperti ikan asin. Selain memberikan dampak ekonomi, sodara atau teman yang saya kasih oleh-oleh hepi karena dibawain sesuatu dari jauh. Semua senang, win-win solution.

    Saat naik gunung, berjalanlah pada track yang sudah disiapkan. Hal ini termasuk travel awareness karena selain biar nggak tersesat, jalur yang dibuat sudah dikondisikan agar tidak menganggu kelangsungan hayati atau tumbuhan. Kalo track dilanggar, bisa-bisa kita merusak ekosistemnya.

  • Memilih road trip bersama keluarga ketimbang naik pesawat kalo destinasi yang dituju masih terjangkau dan secara waktu memungkinkan. Tapi kalo pergi sendirian, pilih pakai pesawat karena lebih eco-friendly. Buat yang udah kenal saya lama, pasti udah hapal gimana demennya saya sama roadtrip Hehehe.
  • Menginap di hotel yang memberikan pilihan kepada tamu apakah handuk atau seprei mau diganti setiap hari atau tidak. Jelas saya pilih tidak karena dengan tidak ganti handuk atau seprei artinya menghemat air, sabun dan tenaga untuk mencucinya. Masih bersih kok, kenapa juga harus ganti tiap hari?

Sederhana kan? Simple things matter.

 

Ah, masa sih satu orang yang ngelakuin bisa mengubah dunia?

Jangan liat satu orangnya, Sis.  Satu orang yang melakukannya seolah tidak memberi dampak, tapi gimana kalau banyak orang melakukan hal ini? Dampak kolektifnya luar biasa lho. Sebuah lidi bisa dipotek dengan cepat, nggak pake tenaga. Tapi lidi yang bersatu kayak sapu lidi? Susah, bos! Nah, mikirnya kayak gitu soal sustainable travelling ini.

Dampak kolektif Sustainable Travelling bisa membantu menjaga alam kita.

Pokoknya mulai dari diri sendiri dulu. Makin banyak yang ngelakuin, efeknya bakal makin gede.

Cara Lain Berkontribusi untuk Kelestarian Alam

Ada nggak ya cara lain untuk berkontribusi pada Pariwisata yang Berkelanjutan? Ada. Saya mesti kasih jempol buat gebrakan dari YKAN dan TNC bekerjasama dengan PT. Bank CTBC Indonesia yang meluncurkan produk #TabunganAlamku. Menurut saya idenya orisinal dan genuine.

Beberapa poin plus yang saya sukai dari Tabungan Alamku:

  1. Kita langsung menjadi member YKAN saat membuka rekening Tabungan Alamku. Sehingga selalu mendapat informasi terbaru soal kegiatan YKAN melalui email.
  2. Secara otomatis memberikan donasi rutin sebesar 1.5% dari saldo rata-rata bulanan ke YKAN dengan nama pribadi kita sebagai pemilik rekening.
  3. Banyaknya kemudahan perbankan yang bisa kita dapatkan, yaitu bebas biaya bulanan, bebas transfer dan bebas tarik tunai di ATM Bersama manapun selama memiliki saldo sebesar 100 ribu rupiah. Mak, ini generous banget. Bank lain pasti bayar dan kena charge tuh, atau minimal mesti punya saldo satu juta buat dapatin benefit kayak gitu.

Menarik banget ya?

YAKN Bloggers Meet Up

At the end, ada banyak cara untuk kita menjaga kelestarian alam. Mulai aja dulu dari kita sendiri. Kalo nggak kepikir yang gede ya sebisa yang kita mampu. Sederhana gpp. Sesederhana bawa tas kain daripada minta tas kresek pas belanja atau buka Tabungan Alamku… Anything that we do matter!

 

So, gimana cara kamu berkontribusi untuk Sustainable Travelling, guys? Share dong.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s